Minggu, 25 Januari 2009

RPP/Silabus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum melakukan sesuatu tindakan, terlebih dahulu kita harus memikirkan langkah-langkah yang tepat agar apa yang kita lakukan sesuai dengan keinginan, sehingga menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Membuat persiapan yang sangat teliti dan matang, itu penting. Misalnya seorang ahli bangunan. Jika ia akan membuat atau mendirikan gedung, ia akan mendesain dan membuat skenario segala tindakan yang akan dilakukan. Ia akan mempersiapkan segala peralatan dan bahan yang diperlukan. Bahkan ia sudah mengantisipasi segala sesuatu yang akan terjadi jika tindakan yang dilakukan mengalami kegagalan. Hal ini dilakukan agar dapat membuahkan hasil yang berkualitas sesuai dengan harapan. Begitu juga seorang guru yang akan mengajar di kelas, terlebih yang dihadapinya bukanlah benda mati yang dapat dikelola dengan sembarangan.

Sebagai tenaga yang profesional, seorang guru dituntut mempunyai kemampuan membuat desain pembelajaran. Desain pembelajaran dipersiapkan secara cermat, teliti, dan matang dengan harapan hasil pembelajarannya/ pendidikannya baik dan memuaskan. Guru berhadapan langsung dengan peserta didik yang sedang tumbuh dan berkembang, yang memiliki kemampuan berbeda secara individual. Guru berkewajiban moral membawa anak didik ke arah cita-cita bangsa yang berlandaskan filsafat hidup dan filsafat negara dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tentu saja hal ini merupakan pekerjaan yang sangat komplek dan rumit yuang memerlukan kompetensi yang benar-benar memadai. Jika guru salah dalam melakukan tugas dalam mendidik anak bangsa, maka kemungkinan besar generasi yang akan datang tidak akan menjadi generasi yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Oleh karena itu, para guru harus mampu membuat persiapan pembelajaran yang disusun secara cermat dan matang agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Salah satu contoh pekerjaan seorang guru adalah menyusun silabus yang selanjutnya dijabarkan ke dalam desain pembelajaran atau rencana pembelajaran. Desain pembelajarannya harus mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).

B. Hakikat Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian perencanaan pembelajaran merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Mulyana, 2005:74).

Perencanaan pembelajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan para murid dan masyarakatnya. Perencanaan adalah hasil pemikiran yang berupa keputusan yang akan dilaksanakan. Pemikiran yang dirumuskan berupa perencanaan itu biasanya disusun dengan logis, rasional, sistematis, dan dapat dibuktikan kebenarannya (Philip Combs dalam Harjanto, 2005 : 6).

Jadi kesimpulannya bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu proses penyusunan berbagai keputusan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut tercantum dalam kurikulum yang berupa penguasaan terhadap kompetensi dasar tertentu oleh peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, penyusunan serangkaian kegiatan itu dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB II

PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia adalah suatu proses kegiatan mempersiapkan perangkat pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.

Agar dapat menyusun perencanaan pembelajaran yang baik, seorang guru yang profesional dituntut mampu menjabarkar/memetakan kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum. Penjabaran ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, misalnya melalui forum MGMP bahasa Indonesia. Hasil penjabaran ini berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan program pembelajaran, baik program tahunan, program semester, penyusunan silabus, maupun penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), perencanaan pembelajaran dapat berujud (1) penjabaran/pemetaan kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum bahasa Indonesia, (2) menyusun program tahunan/prota, (3) menyusun program semester/promes, (4) menyusun silabus mata pelajaran bahasa Indonesia, (5) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) bahasa Indonesia.

A. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan kompleksitas. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia dituntut mampu mempelajari dan memahami kompetensi dasar, yang selanjutnya mampu mengurutkan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan tingkat kesulitan dan kompleksitas. Sehingga KD-KD yang disampaikan saling berkaitan, KD yang mudah disampaikan terlebih dahulu, selanjutnya KD yang lebih sulit/rumit.

B. Program Tahunan

Program tahunan memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk tiap semester dan tiap kelas selama satu tahun pelajaran. Program tahunan selanjutnya dijabarkan secara rinci pada program semester. Program tahunan dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya.

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, rang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan (Mulyana, 2004 : 95).

C. Program Semester

Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan. Program semester memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar beserta alokasi waktu , dan penjabaran alokasi waktu setiap bulannya selama satu semester. Memuat jumlah jam dan kegiatan pembelajaran selama satu semester, minggu efektif, dan hari libur.

D. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

E. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun RPP. RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar.

Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan standar kompetensi yang memayungi kompetensi dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian.

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perencanaan merupakan sesuatu yang harus kita lakukan sebelum melakukan sesuatu. Tanpa perencanaan, segala sesuatu yang kita kerjakan akan berjalan tanpa arah dan tujuan. Sehingga perencanaan merupakan hal yang wajib ada sebelum melakukan sesuatu. Begitu juga sebagai guru yang profesional. Ternyata perencanaan sebelum mengajar itu sangatlah penting, terlebih yang dihadapi bukanlah benda mati yang bisa dimainkan seenaknya, melainkan peserta didik yang mampu melihat, mendengar, membau, dan merasa. Salah sedikit akan berakibat fatal, bahkan bisa berakibat hancurnya anak dan dunia.

Pengalaman adalah guru yang baik. Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman membuat perencanaan pembelajaran dan mampu melaksanakan pembelajarannya dengan baik.

B. Saran

Jadilah guru yang baik, yaitu guru yang profesional dan berpengalaman. Karena kelak (suatu harapan) akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan mandiri. Pada akhirnya akan menjadi insan-insan pembangunan yang mampu membangun diri sendiri dan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, beraklak mulia, dan disegani bangsa lain.

Jadilah guru yang mampu menjadi guru bagi diri sendiri dan guru bagi orang lain. Karena guru merupakan sosok yang patut ‘digugu’ dan ‘ditiru’. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang guru selalu menjadi sorotan masyarakat. Maka jadilah guru yang betul-betul bisa digugu dan ditiru.

Kecerdasan Majemuk

KECERDASAN MAJEMUK

( MULTIPLE INTELLEGENCES )

Kecerdasan Majemuk atau yang kita kenal dengan Multiple Intellegences tidak bisa terlepas dari sejarah penemuan kecerdasan otak. Pada waktu itu, tahun 1904, menteri pendidikan Perancis meminta psikolog Perancis, Alfred Binet, dan sekelompok psikolog mengembangkan suatu alat untuk mengetahui kecerdasan siswa. Jerih payah mereka akhirnya menemukan satu jenis tes kecerdasan yang sampai sekarang kita kenal dengan tes IQ (intellegence Quotion). Tes ini diyakini benar mampu mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Dalam tes ini menunjukkan bahwa kecerdasan seseorang tidak bersifat tetap. Kecerdasan dapat berubah sesuai dengan perkembangan kognitif manusia.

Setelah delapan puluh tahun dikembangkannya tes kecerdasan tersebut, psikolog Harvad University Amerika Serikat, Howard Gardner, mempersoalkan pengertian kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan sekurang-kurangnya ada tujuh kecerdasan dasar. Belum lama berselang, dia menambahkan kecerdasan yang kedelapan.

Jenis-jenis kecerdasan menurut Howard Gardner adalah

  1. Kecerdasan Linguistik
  2. Matematis logis
  3. Spasial
  4. Kinestetis-Jasmani
  5. Musikal
  6. Interpersonal
  7. Intrapersonal
  8. Naturalis

Alasan Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan tidak hanya intelligence tetapi sudah majemuk adalah

1. Setiap orang memiliki semua kecerdasan majemuk.

2. Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan tersebut sampai pada tingkat penguasaan yang memadai apabila ia memperoleh cukup dukungan, pengayaan, dan pengajaran.

3. Kecerdasan-kecerdasan pada umunya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Kecerdasan saling berinteraksi satu sama lain untuk meningkatkan grade dari kecerdasan tersebut.

4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori kecerdasan. Kecerdasan majemuk menekankan pada keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam kecerdasan tertentu maupun antarkecerdasan.

Beberapa Kecerdasan Majemuk menurut Howard Gardner

1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan yang berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk mengolah dan menggunakan kata secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi, semantik, dimensi pragmatik. Kecerdasan ini memuncak pada masa kanak-kanak dan terus berlanjut hingga dewasa. Penggunaaan bahasa dalam kecerdasan linguistic ini antara lain mencakup

  1. retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu),
  2. menemonik (menggunakan bahasa untuk mengingat informasi),
  3. eksplanasi (menggunakan bahasa untuk memberi informnasi), dan
  4. metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri)

Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang,meng hibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.

Profesi yang dianggap memiliki kecerdasan ini adalah pendongeng, orator, politisi, sastrawan, editor, penulis drama, wartawan.

Menurut Gadner ada lima strategi untuk membangkitkan kecerdasan linguistik siswa

  1. bercerita.

Bercerita harus dipandang sebagai alat pengajaran yang vital karena strategi ini sudah digunakan oleh semua kebudayaan di seluruh di dunia. Jika metode ini diterapkan, kita harus menggabungkan konsep, gagasan dasar, dan tujuan pengajaran menjadi sebuah cerita yang dapat disampaikan secara langsung kepada siswa.

  1. curah gagasan

vigotsky mengatakan pikiran seperti awan yang mencurahkan hujan kata. Selama proses curah gagasan, siswa mencurahkan fikiran verbal yang dapat dikumpulkan dan ditulis. Aturan umum curah gagasan adalah mengemukakan setiap gagasan relevan yang melintas di benak. Tidak ada penolakan gagasan. Setiap siswa diberi kesempatan mengemukakan gagasannya. Strategi ini membuat semua siswe]wa merasa dihargai.

  1. merekam

tape recorder dapat digunakan untuk melatih kecerdasan linguistik dan kemampuan verbal dalam berkomunikasi memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat. Tape rekorder sebagai model ekspresi alternatif. Hal ini digunakan untuk mendukung perkembangan pemikiran siswa.

  1. menulis jurnal

menulis jurnal pribadi akan mendorong siswa membuat catatan tentang bidang tertentu. Jurnal dapat dibuat sepenuhnya oleh siswa dan disampaikan di depan kelas. Jurnal ini juga dapat merangkum kecerdasan majemuk dengan memperbolehkan penggunaan gambar, sketsa, foto, dialog, dan data nonverbal lain.

  1. publikasi

menulis adalah alat yang sangat berguna untuk mengomunikasikan gagasan dan mempengaruhi orang lain. Dengan memeberikan kesempatan kepada siswa untuk mempublikasikan dan mendistribusikan hasil karya mereka, guru dapat mepromosikan kegiatan tulis-menulis. Mereka akan menyadarai bakat mereka dan akan termotivasi untuk mengembangkan keahlian menulis.

2. Logis matematis

Kecerdasan dalam hal angka dan logika. kecerdasan ini meliputi pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan ini antara lain kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan dan pengujian hipotesis. Kecerdasan matematika logis memuncak pada masa remaja dan awal dewasa. Kecerdasan ini akan menurun setelah usia empat puluh tahun.

Ciri-ciri orang yang cerdas logis matematis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hopotesis, mencari keteraturan konseptual (pola numerik), dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Profesi yang berhubungan dengan kecerdasan ini adalah ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik, programer komputer, atau ahli logika.

Beberapa aplikasi dari kecerdasan matematika adalah

1. kepekaan pada pola-pola logis

2. kemampuan mencerna dan memahami pola-pola

3. kemampuan menghitung dan menganalisis hitungan

4. kemampuan memprediksi sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fenomena yang ada

5. bereksperimen yang mengandalkan kemampuan berpikir ilmiah logis

6. mencari jalan keluar suatu permasalahan secara logis

7. membuat garis besar suatu peristiwa atau hal

8. membuat langkah-langkah kerja secara sistematis

9. kemampuan bermain strategis seperti pada permainan catur, bridge, atau puzzle.

10. Kemampuan berpikir abstrak

11. Kemampuan menggunakan logaritme.

3. Kecerdasan Spasial

Adalah kemampuan mempersepsi dunia spasial –visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antarunsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuanm membayangkan, mempresentasikan ide secara visual spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat. Kecerdasan ini mencapai puncak pada usia 9-10 tahun dengan peka artistik yang terus berkembang sampai usia lanjut.

Ciri-ciri orang yang mempunyai kecerdasan ini adalah kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa atau ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.

Profesi yang terkait erat dengan kecerdasan ini adalah pemburu, pramuka, pemandu. Di samping itu juga profesi seperti dekorator interior, arsitek, seniman juga sangat erat dalam hubungannya mentrqansformasikan persepsi. Beberapa aplikasi yang terkait dengan kecerdasan sepasial adalah

1. Seni arsitektur

2. Kemampuan mendesain, menata dan mendekorasi ruangan atau interior

3. Kemampuan mengapresiasi seni dan sastra

4. Mampu melakukan koordinasi warna

5. Kemampuan membuat sketsa atau gambar rancangan

6. Kemampuan bermain game yang berkaitan dengan ruang seperti perang, penyusupan, race.

7. Memindahkan dalam angan-angan

8. Membuat patung atau bentuk tiga dimensi

9. Menciptakan dan menginterpretasi bentuk

10. Kemampuan membayangkan sesuatu secara detail

11. Kemampuan membuat desain tiga dimensi

4. Kecerdasan kinestetis jasmani

Kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan , dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan, dan kemampuan menerima rangsangan dan hal lain yang berkenaan dengan sentuhan. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu. Profesi yang terkait dalam kecerdasan ini adalah aktor, pemain pantomim, atlet, penari pematung, dan dokter bedah.

5. Kecerdasan musikal

Kecerdasan musikal berhubungan dengan kemampuan seseorang menangani bentuk-bentuk musikal denngan cara mempersepsi,membedakan, mengubah, dan mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap irama, pola titi nada atau melodi, dan warna nada atau suara suatu lagu. Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Kecerdasan ini dimiliki oleh

  1. orang yang peka nada,
  2. dapat menyanyikan lagu dengan tepat,
  3. dapat mengikuti irama musik,
  4. dan mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.

Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini misalnya kritikus musik, komposer, penyanyi. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa tidak semua orang yang senang dengan musik dianggap memiliki kecerdasan musikal. Tokoh yang memiliki kecerdasan musikal antara lain Bethoven, Straudaust Mozart, Chopin, Kenny G, Kitaro.

6. Kecerdasan interpersonal

Adalah kemampuan seseorang untuk mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat, kemampuan membedakan tanda interpersonal, dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu. Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar.

Aplikasi kecerdasan ini dalam dunia nyata antara lain

1. kemampuan mengasuh dan mendidik orang lain

2. kemampuan berkomunikasi secara baik dan komunikatif

3. kemampuan berinteraksi dengan orang lain dari berbagai kalangan

4. berempati dan bersimpati terhadap orang lain

5. kemampuan menjalin hubungan pertemanan secara harmonis

6. kemampuan menjadi mediasi dan menyelesaikan konflik yang terjadi

7. kemampuan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain

8. kemampuan melihat suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang yang berbeda

9. sensitif atau peka terhadap minat dan keinginan orang lain

7. Kecerdasan intrapersonal

Adalah kemampuan memahami diri senediri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi

  1. kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri),
  2. kesadaran akan suasan hati, maksud, motivasi, temperamen, keinginan,
  3. kemampuan berdisiplin diri, dan menghargai diri.

Orang yang memiliki kecerdasan ini, dapat dengan mudah mengakses perasaan sendiri, membedakan berbagai macam, keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hudupnya. Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar belajar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. Beberapa aplikasi yang berkaitan dengan kecerdasan ini adalah

1. kemampuan berfantasi atau membayangkan sesuatu

2. kemampuan menjelaskan, memahami, dan menghayati tata nilai dan kepercayaan

3. kemampuan mengontrol perasaan dan emosi

4. kemampuan mengembangkan keyakinan yang dipercayai

5. menyukai waktu untuk berpikir menyendiri

6. kemampuan merenungkan atu introspeksi sesuatu yang terjadi untuk dapat dijadikan sebuah pelajaran

7. mengetahui dan mengelola minat diri secara baik

8. kemampuan memotivasi diri

9. kemampuan mematok tujuan diri yang realistik

10. memahami konflik yang terjadi pada diri sendiri.

8. Kecerdasan naturalis

Adalah keahlian mengenali dan mengategorikan spesies (flora dan fauna) di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap fenomena alam misalnya formasi awan dan gunung-gunung. Bagi mereka yang dibesarkan di perkotaan , kemampuan membedakan benda tak hidup seperti mobil, sepatu karet, sampul kaset dan lainnya. Di samping itu, mereka yang hidup di pedesaan mereka memiliki kemapuan untuk membaca tanda-tanda alam yang terjadi seperti

1. kemampuan memperkirakan waktu musim panas atau hujan

2. adanya kemungkinan gunung meletus

3. prediksi masa berbunga suatu tumbuhan

Menurut Howard, sang naturalis adalah seseorang yang menunjukkan “kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasi banyak spesies dalam lingkungannya” dalam dunia nyata, naturalis muncul sebagai orang yang “bertangan dingin” kemahiran dalam berkebun, menggarap taman yang indah, atau memperhatikan suatu perhatian alami terhadap tanaman dengan cara-cara yang lain.

Di samping kedelapan kecerdasan yang dikemukakan Gardner tersebut, belaiau juga mempercayai adanya kecerdasan baru yang disebut dengan kecerdasan eksistensial. Namun kecerdasan jenis ini masih banyak dipertentangkan oleh para ahli. Kecerdasan ini disebut dengan kecerdasan eksistensial

Kecerdasan eksistensial

Howard Gardner merumuskan kecerdasan eksistensial sebagai kecerdasan yang menaruh perhatian pada masalah hidup yang paling utama. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah hidup itu, mengapa ada orang jahat, apakah tuhan itu ada, merupakan titik awal yang penting dari suatu penjelajahan ke dalam konsep yang lebih mendalam.

Cara mengintegrasikan kecerdasan eksistensial di kelas.

  1. sains.

Guru dapat menajarkan sains secara eksistensial dengan menekankan wilayah jangkauan kosmos yang terjauh misalnya teori tentang asal usul alam semesta.

  1. matematika.

Guru dapat menggabungkan penekanan keragaman budaya dan matematika untuk menyinggung eksistensial misalnya teorema pitagoras yang mempercayai bahwa pola-pola bilangan menyingkapkan keselarasan alam semesta yang hakiki.

  1. sejarah.

Kita tyidak mungkin mengungkapkan sejarah secara cerdas tanpa menyingkap faktor yang eksistenmsial terutama agama. Proses menafsirkan sejarah itu sendiri pun menyingkapkan madsalah eksistensial. Beberapa budaya memandang peristiwa sejarah sebagai rencana agung tuhan.

  1. sastra.

Adanya keterkaitan dengan kitab suci. Di kelas guru perlu memastikan dulu apakah karya satra yang akan dibahas mengandung tema eksistensial kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenungkan dan mendiskusikan tema-tema tersebut.

  1. seni.

Guru dapat membantu siswa dalam apresiasi dimensi seni yang lebih halus dan juga memberikan sumber daya serta kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan minat eksistensial meraka sendiri melalui karya seni cipataan sendiri.

PROGRAM PEMBELAJARAN

BERORIENTASI MULTIPLE INTELLEGENCE

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VII / 1

Standar Kompetensi : 7. Membaca

Kompetensi Dasar : 7.1 Menceritakan kembali cerita yang telah dibaca secara lisan maupun tulis

Indikator Keberhasilan

  1. siswa mampu menentukan pokok-pokok cerita
  2. siswa mampu merangkaikan pokok-pokok cerita ke dalam peta cerita
  3. siswa mampu menuliskan kembali cerita yang telah dibaca dengan menggunakan bahasa sendiri.

Alokasi waktu : 240 menit ( 3 pertemuan )

Desain Pembelajaran

  1. Pendekatan : Kooperatif
  2. Model : Jigsaw dengan modifikasi (membaca)

Proses (Proses reproduksi cerita)

  1. langkah kegiatan

1) Perencanaan

    • Mempersiapkan rencana kegiatan
    • Mengembangkan rencana pembelajaran menjadi program pembelajaran yan terarah dan sistematis.
    • Mempersiapkan media pembelajaran
    • Menyiapkan alat evaluasi dan instrument penilainnya
    • Membentuk kelompok secara heterogen

2) Pelaksanaan kegiatan dan keterkaitan dengan multiple Intellegences

Pelaksanaan kegiatan terbagi menjadi tiga pertemuan atau enam jam pelajaran. Masing-masing pertemuan tersusun atas kegiatan awal atau apersepsi, kegiatan inti yang merupakan pokok dari pembelajaran, dan kegiatan penutup yang merupakan refleksi dari pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini adalah tabel tentang kegiatan inti yang akan dilaksanakan pada ketiga pertemuan tersebut.

KEGIATAN

JENIS KECERDASAN

WAKTU

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pokok-pokok cerita

15

Guru membagi siswa menjadi kelompok yang telah direncanakan sebelumnya, kemudian menjelaskan aturan main kegiatan yang akan dilaksanakan

5

Siswa membaca cerita yang telah diberikan pada guru secara individual. Dalam kegiatan ini siswa dituntut memahami isi secara utuh bacaan yang menjdi tanggung jawabnya.

intrapersonal

25

Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli untuk menemukan pokok-pokok cerita yang menjadi tugasnya. Hasil diskusi dibuat dalam peta cerita yang berisi pola cerita yang terjadi.

Intrapersonal

interpersonal

Linguistik

Logical matematis

15

Siswa menceritakan hasil temuan dalam diskusi kelompok ahli kepada temannya dalam tim sampai semua anggota tim memiliki kesepahaman.

Intrapersonal

interpersonal

Linguistik

25’

Siswa dalam tim menyatukan konsep-konsep cerita perbagian yang menjadi tugasnya menjadi satu konsep peta cerita yang utuh (kegiatan prapenulisan reproduksi cerita)

Intrapersonal

interpersonal

Linguistik

Logical matematis

15’

Siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil pembuatan peta cerita yang telah dihasilkan dan siswa lainnya memngomentari hasil presentasi kelompok lainnya

Linguistik

Interpersonal

intrapersonal

15’

Siswa secara individual mengerjakan kuis

10’

Siswa mereproduksi cerita dengan tahapan

a. pembuatan draf. Pada tahap ini siswa mengembangkan karangan berdasarkan peta cerita yang telah dibuat bersama kelompok. Pembuatan draf dilakukan secara individual.

b. revisi draf. Setelah siswa menyelesaikan draf, siswa merevisi draf yang telah dibuatnya dengan mencocokkan kembali dengan peta cerita yang menjadi panduan. Dalam tahap ini siswa memungkinkan untuk membuat variasi tata letak dari bagian yang ada pada peta cerita apabila dianggap akan membuat cerita lebih menarik.

c. peer editing yaitu pengoreksian oleh teman dalam satu kelompok. Pada tahap ini setiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan tugas khusus tentang bagian yang harus diedit seperti bagian diksi, tata tulis, tanda baca. Dengan demikian satu siswa mengedit semua naskah yang ada dalam kelompoknya hanya yang sesuai dengan bidang tugasnya.

d. Publikasi. Tahap ini siswa memperbaiki naskah yang telah diedit sehingga naskah tersebut siap dipublikasikan dalam majalah dinding atau antologi karya seperti yang telah disepakati bersama.

Intrapersonal

interpersonal

Linguistik

15’

10’

15’

5’

Sumber Belajar pilihan

  1. beberapa buku cerita anak seperti
    1. cerita rakyat dari kudus
    2. cerita rakyat dari jepara
    3. cerita rakyat dari jawa tengah
    4. cerita rakyat dari Jogjakarta
  2. beberapa dongeng seperti
    1. kancil dan buaya
    2. buaya yang tak bisa membalas budi
    3. putri salju
    4. pinokio
  3. beberapa cerita bernuansa sejarah
    1. perang diponegoro
    2. peristiwa satu jam di Jogja
    3. kebangkitan nasional

EVALUASI

1. Teknik evaluasi

a. penilaian unjuk kerja

b. penilaian produk

2. pemetaan penilaian

SK

KD

INDIKATOR

ASPEK

TEKNIK

1

2

3

4

5

Membaca

Menceritakan kembali cerita yang telah dibaca secara lisan maupun tulis

  1. siswa mampu menentukan pokok-pokok cerita

Membaca

  1. siswa mampu merangkaikan pokok-pokok cerita ke dalam peta cerita dengan berdiskusi

Berbicara

  1. siswa mampu menceritakan kembali informasi yang diperoleh dari bahan bacaan yang dibaca yang menjadi tugasnya

Berbicara

  1. siswa mampu menuliskan kembali cerita secara keseluruhan dengan menggunakan bahasa sendiri.

menulis

Keterangan

1 tes

2 Performan

3 Produk

4 Proyek

5 Portofolio

SK = standar Kompetensi

KD = kompetensi Dasar

3. Instrument Penilaian dan Format penilaian

Indikator : siswa mampu menentukan pokok-pokok cerita



Bacalah cerita dengan Judul Legenda Roro Jonggrang kemudian jawablah pertanyaan berikut ini

1. Siapakan nama tokoh utama dari cerita tersebut?

2. Bagaimana watak dari tokoh-tokoh tersebut?

3. Apa syarat yang diajukan Roro Jonggrang?

4. Kapan syarat tersebut dilaksanakan?

5. Bagaimanakah Bandung melaksanakan syarat tersebut

6. Di manakah setting peristiwa tersebut?

7. Mengapa Roro Jonggrang menolak cinta Bandung Bondowoso?

8. Bagaimana cara Roro Jonggrang menggagalkan Bandung Bondowoso?

9. Bagaimana reaksi Bandung Bondowoso ketika menyadari dia telah ditipu?

10. Apa yang dilakukan bandung setelah itu?


Format Penilaian

1. Jawaban diberi skor sesuai dengan criteria sebagai berikut

a. Jawaban sempurna : 3

b. Jawaban cukup baik atau hampir lengkap / sempurna : 2

c. Jawaban kurang baik atau hanya berhubungan sedikit : 1

d. Tidak dijawab / jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan : 0

2. Skor maksimal berjumlah sepuluh

3. Nilai tes diperoleh dengan menghitung jumlah skor yang diperoleh dengan rumus

NA = jumlah skor perolehan

3

Diskusikan bersama teman pokok-pokok cerita dalam bagian bacaan yang Anda buat kemudian buatlah peta cerita dari cerita tersebut

Indikator : siswa mampu merangkaikan pokok-pokok cerita ke dalam peta cerita

Rubrik Penilaian Diskusi

ASPEK YANG DINILAI

SKOR

1

2

3

4

Kerja sama dalam tim

Inisiatif untuk mengemukakan gagasan

Perhatian dan menghargai anggota tim lainnya

Keterangan 4 : Baik sekali

3 : Baik

2 : sedang

1 : sangat kurang

Rubrik Penilaian Hasil

ASPEK YANG DINILAI

SKOR

1

2

3

4

Sistematika tulisan

Kelengkapan informasi

Jumlah skor maksimal adalah 20 terdiri dari 12 pada penilaian diskusi dan 8 dari penilaian produk peta cerita. Nilai akhir diperoleh dari jumlah skor perolehan dibagi 2.

Indikator : siswa mampu menceritakan kembali informasi yang diperoleh dari bahan bacaan yang dibaca yang menjadi tugasnya

Rubrik Penilaian

ASPEK YANG DINILAI

SKOR

1

2

3

4

Kelengkapan Informasi

Pilihan kata

Intonasi suara

Pilihan kata

Kejelasan penyampaian

TOTAL SKOR

20

NILAI AKHIR

Skor perolehan : 2

Tuliskan kembali cerita yang telah And abaca secara keseluruhan dengan menggunakan bahasa Anda sendiri. Yang harus diperhatikan dalam penulisan karangan tersebut adalah

1. Kesesuaian isi (3)

2. Kelengkapan informasi (4)

3. Gaya penulisan (3)

4. Variasi alur cerita (3)

5. Sistematika cerita (3)

6. Diksi atau pilihan kata (4)

7. Ketepatan ejaan (4)

8. Ketepatan tata tulis (4)

Indikator : siswa mampu menuliskan kembali cerita secara keseluruhan dengan menggunakan bahasa sendiri.

Rubrik Penilaian

ASPEK YANG DINILAI

SKOR

1

2

3

4

Kesesuaian isi cerita dengan cerita aslinya (3)

a. Sangat sesuai

b. Sesuai

c. Kurang sesuai

Kelengkapan informasi (4)

a. Sangat lengkap

b. Agak lengkap

c. Kurang lengkap

d. Tidak lengkap

Gaya penulisan (3)

a. Gaya sendiri

b. Menyerupai gaya penulis asli

c. Seperti penulis asli

Pemilihan alur cerita

a. Alur sesuai alur cerita asli

b. Alur bervariasi

Sistematika cerita (3)

a. Sistematis

b. Kurang sistematis

c. Tidak sistematis

Diksi atau pilihan kata (4)

a. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

b. Ada 1- 3 kesalahan

c. Ada 4 – 6 kesalahan

d. Lebih dari 6 kesalahan

Penggunaan ejaan (4)

a. Semua ejaan benar

b. Ada 1- 3 kesalahan

c. Ada 4 – 6 kesalahan

d. Lebih dari 6 kesalahan

Tata tulis (4)

a. Tidak ada kesalahan tata tulis

b. Ada 1- 3 kesalahan

c. Ada 4 – 6 kesalahan.

d. Lebih dari 6 kesalahan

TOTAL SKOR

25

NILAI AKHIR

(Skor x 4) : 10

Rencana pengintegrasian

  1. Dengan keterampilan bahasa yang lain

Keintegrasian dengan keterampilan bahasa yang lain akan dilaksanakan dalam bentuk sebagai berikut

Membaca : kegiatan pokok untuk memahami (KD pembelajaran) keterampilan ini merupakan keterampilan yang merupakan pokok dari kompetensi yang ada dalam standar kompetensi.

Mendengarkan : Keterampilan jenis ini tampak pada proses mendengarkan bagian cerita yang menjadi tugas anggota lain dalam kelompoknya. Apabila proses mendengarkannya kurang bagus, akan berpengaruh terhadap pemahaman isi cerita secara utuh. Hal ini tentunya akan menghambat kegiatan reproduksi cerita pada tahap selanjutnya.

Berbicara : proses menceritakan bagian cerita yang menjadi tanggung jawabnya agar semua anggota dalam satu kelompok memahami keseluruhan isi cerita secara utuh. Proses ini tentunya menentut suatu keterampilan berbicara untuk untuk menyampaikan informasi hasil temuannya sehingga semua anggota klompoknya dalam tim akan memiliki satu kesepahaman. Kegiatan ini merupakan kunci apakah nanti tim dapat mencapai kesepahaman atau tidak.

Menulis : produk dari hasil mengungkapkan kembali isi cerita yang telah dibaca berupa penceritaan kembali dalam bentuk tulisan. Dalam tahap ini anak akan melakukan tahapan penulisan secara bertahap sesuai dengan proses penulisan. Tahapan tersebut adalah pembuatan draf, revisi draf, editing, dan publikasi.

  1. Dengan KD yang lain

Kegiatan ini dapat diintegrasikan dengan kompetensi dasr yang lain yaitu

    1. Menuliskan kembali isi berita

3.2 menyimpulkan bacaan

6.1 Bercerita

8.2 Menuliskan kembali dongeng

  1. Dengan mata pelajaran lain

Pengintegrasian dengan mata pelajaran yang lain dapat dilaksanakan dengan

1. cerita yang dibaca dapat berupa cerita sejarah (IPS Sjarah),

2. cerita bernuansa religius (Pendidikan Agama), atau

3. cerita kepahlawanan (Pendidikan Kewarganegaraan).

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara: Menerapkan Muliple Inteligencesdi Dunia Pendidikan. Bandung: Kaifa.

Amstrong, Thomas.2002. 7 Kinds of Smart: Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Multiple Intelgence. Jakarta:Gramedia.

Jasmine, Jullia.2007. Panduan Prakatis Mengajar Berbasis Multiple Intelgences. Bandung: Nuansa.

Pringgawidagdo, Suwarna.2002. Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Yusuf, Syamsu.2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.